Perdukunan bagi masyarakat minang lazim digunakan untuk metode pengobatan non-medis. Misalnya ada dukun tulang untuk pengobatan patah tulang, dukun gigi, dukun beranak di masa lalu, jauh sebelum teknis perbidanan diperkenalkan. Atau kerapkali dikenal dengan sebutan pawang, seperti pawang hujan, pawang ular, pawang buaya dll. Dukun dan pawang keduanya merujuk pada orang-orang yang memiliki ilmu magis pada bidangnya masing-masing.
Salah satu bidang perdukunan yang kerapkali dianggap berhaluan kiri adalah dukun dengan ritual Gasiang Tangkurak. Dipercaya ritual ini memiliki kekuatan magis yang sangat kuat, sehingga tidak hanya bisa mempengaruhi pemikiran korban, tapi juga jasad korban. Banyak orang menganggap, orang(terutama perempuan) yang kena magis gasing ini sampai memanjat dinding dan berjalan tanpa sadar.
Gasiang Tangkurak terbuat dari bagian tengkorak mayat yang dipotong berbentuk bundar kemudian diberi dua buah lubang ditengahnya. Ada banyak kepercayaan mengenai tengkorak yang diambil, ada yang mengambil tengkorak dari anak-anak, ada juga dari perempuan yang meninggal saat melahirkan, atau dari tengkorak gadis yang masih perawan. Bagian yang diambil biasanya adalah bagian dahi, kemudian dibentuk, dilubangi dan diberi kaitan dengan tali kain kafan.
‘gasiang batali jo kain kapan
dipatang kamih malam jumaaik
gasiang tangkurak nan den mainkan
putuihnyo gasiang putuih ma’ripaik’
Saat seorang laki-laki ditolak cintanya, kemudian meminta bantuan dukun untuk ritual Gasing ini agar perempuan berubah mau menerima lelaki tersebut. Lelaki memberikan emas sebagai ‘tanda jadi’. Jika gagal maka emas dikembalikan oleh dukun, jika berhasil maka lelaki harus memberi tamabahan upah.
Efek magis yang diterima perempuan biasanya menjerit-jerit tanpa kendali, dipaksa bangun dan berjalan untuk melakukan perintah dukun ataupun menemui laki-laki yang mengupah tersebut. Bagaimanapun caranya, bahkan memanjat dinding bila itu perlu dan mungkin. Banyak juga yang akhirnya permpuan korban ini dikurung dan menjadi gila akibat dipengaruhi oleh mantra gasiang tangkurak.
Gasing tangkurak sudah sangat lama ditinggalkan, akan kebenaran kabar dan tuahnya juga Allahu ‘Alam. Yang pasti, dengan masuknya islam ke minangkabau. Praktik gasing tangkurak dan perdukunan yang dianggap syirik dan menyekutukan Tuhan diberantas habis oleh para Angku dan Ulama Minang.
Karena bagaimanapun, Ideologi masyarakat minang sudah sangat jelas ditulis dengan tinta emas. Tidak akan lapuk karena hujan, tidak lekang oleh panas. Yaitunya Adat Basandi Syara’, Syara’ Basani Kitabullah.