Kecantikan alam minangkabau memang sudah menjadi primadona sejak dahulu. Apalagi sekarang dengan gelar baru yang disandangnya sebagai tujuan wisata halal terbaik dunia. Hal itu sekaligus menjadi bukti bahwa sektor pariwisata terus berkembang secara dinamis dan tak kalah cantik dengan destinasi wisata lain di dunia.
Seorang tokoh budaya dan sekaligus fotografer minang, Erison J Kambari, mengajak kita kilas balik ke suasana minangkabau di masa lampau. Melalui kumpulan foto bertajuk ‘Ranah Minang 100 Tahun Sebelumnya’ kita bisa melihat hasil jepretan foto minang tempo dulu.
Berikut foto-foto minang masa lalu dan perubahannya setelah 100 tahun.
Ngarai Sianok (1900 Vs 2009)

Meskipun dari foto hitam putih, namun keelokan sianok tempo dulu tidak jauh berbeda dengan sekarang. Kontur lembah masih sama dengan yang 100 tahun yang lalu. Saat sekarang, sianok tak lagi sekedar ngarai dan lembah yang sangat asri. Ramainya kunjungan ke ngarai sianok mengakibatkan dimunculkan nya area wisata baru, seperti Janjang Koto Gadang (The Greatwall of KotoGadang), dan yang paling terbaru adalah Hamparan Sawah Sianok.
Danau Maninjau (1900 Vs 2009)

Wisata primadona kabupaten Agam ini juga tidak banyak berubah. Objek wisata danau maninjau ini memang memiliki panorama yang memukau, bahkan presiden pertama republik ini, Ir Soekarno menjadikan destinasi wisata ini sebagai tempat favoritnya.
Tak hanya wisata alam, disalah satu tepian danau ini kita bisa menemukan Museum Rumah Buya Hamka. Sambil menikmati kecantikan biru danau maninjau, anda bisa sekaligus berwisata sejarah.
Lembah Harau (1910 Vs 2009)

Berlokasi di Payakumbuh, kabupaten 50 kota, lembah harau adalah salah satu ikon wisata daerah setempat. Keelokan lembah yang dipenuh oleh hamparan sawah ini semakin apik dengan bukit-bukit batu ratusan meter yang mengungkungnya.
Selain panorama dari atas bukit, Lembah Harau juga menyimpan keindahan lainnya. Penduduk setempat menyebutnya sarasah, sebagai istilah untuk menyebut air terjun. Salah satu yang terkenal diantaranya adalah Sarasah Donat.
Pacuan Kuda Bukik Ambacang (1908 Vs 2009)

Gelanggang olahraga pacuan kuda yang terletak di Bukittingi ini tidak banyak mengalami perubahan. Hingga saat ini arena pacuan kuda ini masih sering digunakan. Uniknya, setiap kali ada pacu kuda, beberapa sekolah meliburkan siswanya, atau pulang lebih awal.
Janjang Gudang, Bukittinggi (1900 Vs 2009)

Melihat wajah pusat kota Bukittinggi saat ini, anda pasti tidak menyangka bahwa foto di selah kiri diambil dari lokasi yang sama. Janjang gudang adalah akses langsung ke pasar ateh dan taman jam gadang. Sekarang wajah kota sudah berubah, tak banyak lagi pepohonan, tergantikan oleh bangunan beton.
Lembah Anai (1900 Vs 2009)

Batas kota padang panjang ini kerapkali menjadi tempat singgah dan rest area hingga sekarang. Sekarang, masih bisa ditemui jembatan besi dan jalur kereta di kiri/kanan jalan. Jalur kereta yang mengubungkan padang – padang panjang hingga ke solok dan sawahlunto ini sudah lama mati dan tidak difungsikan.
Jam Gadang (1935 Vs 2009)

Jam Gadang dibangun tahun 1926 dan bentuk atapnya sempat beubah beberapa kali sebelum bentuk gonjong seperti yang kita lihat sekarang. Foto sebelah kiri diambil pada tahun 1935, saat itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda. Sehingga bentuk atapnya masih berbentuk bulat dengan patung ayam jantan diatasnya.