Ajo andre
Andrea Adhan (Ajo Andre) - Seorang Seniman, Penyanyi, Pelawak dan Budaywan Legendaris Minang

Kumpulan Lawakan dan ‘Cerita Lucu’ Ajo Andre yang Melegenda

Posted on

Siapa yang tidak kenal dengan Ajo Andre. Penyanyi multitalenta tersebut juga terkenal dengan lawakannya yang khas. Dalam setiap lagu pada albumnya selalu disisipi sketsa dan cerita lucu. Kisah yang diangkat sangat dekat dengan kehidupan sosial budaya masyarakat minang, terutama Pariaman, tanah kelahirannya.

Seniman dengan nama asli Andrea Adhan ini biasanya tidak sendirian. Ada banyak seniman minang lainnya yang turut andil dalam hiburan khas Ajo Andre ini. Diantara rekan-rekannya yang turut mengisi dan mengiringi keberhasilan putra Pariaman ini adalah, One,Muniang, Tampan, Supiak Kamek, Upiak Lalek dll. Bersama mereka kemudian mempopulerkan istilah Basiginyang dan Bado’et (berduet).

Biografi Ajo Andre

Putra asli Tandikek, Padang Pariaman ini lahir pada 2 September 1969. Seniman serba bisa ini mengawali karir di dunia hiburan sebagai penyanyi, MC hingga pelawak.

Pada 2009 silam, setelah gempa besar mengguncang Sumatera Barat, beliau bersama Jajang C Noer  membintangi iklan ditelevisi. Karena salah satu daerah dengan kerusakan paling parah adalah kampung halamannya sendiri (Pariaman).

Budayawan yang sudah sangat akrab bagi masyarakat minang ini sempat berniat untuk maju menjadi wakil bupati Padang Pariaman, mendampingi petahana Bupati Ali Mukhi. Niat baiknya itupun tidak terealisasi akibat serangan stroke yang dideritanya sejak 2010. Penyakit itu jugalah yang kemudian diduga menjadi penyebab beliau tutup usia pada 18 September 2015 silam.

Meskipun sudah tiada, karya-karya beiau masih banyak dinikmati hingga saat ini. Dari album Basiginyang yang pertama hingga terakhir, ada puluhan lagu yang populer, tidak hanya karena lagunya yang enak didengar tapi juga karena cerita lucu di setiap albumnya. Berikut diantara lawakan dan cerita lucu khas Ajo Andre yang malegenda.

Ajo Pariaman ke Malaysia

Jadi ceritanya, ada orang Pariaman yang baru merantau ke Malaysia. Karena sudah lama disana, ia pun sudah ahli bahasa Malaysia. Hingga suatu hari, sempat ada kegaduhan dan ia masuk rajam (penjara). Di dalam penjara ia kebetulan berjumpa dengan tahanan lain.

∴ Jadi pak cik ‘rang mana ni?

Θ Nak ape kau tanya tanya, bapakku orang sini. Aku ni masuk rajam gara-gara betumbuk, sampai ‘rarak’ itu gigi orang

∴ Sabananyo apak ko rang piaman ko mah, nampak sakali bahasonyo. nan ‘ghagak’  (rarak) ko ndak do di bahaso Malaysa do

Θ Tu rarak ko apo bahaso Malaysianyo?

Ghontok (Rontok)

Anak Kecil Kehilangan Uang

Seorang bocah menangis tersedu-sedu. Ia mengaku kehilangan uang 100 Rupiah. Baginya uang segitu nilainya cukup besar. Akibat iba, kemudian Ajo memberinya uang 100 rupiah sebagai pengganti.

Namun setelah diberi uang pengganti, tangis bocah tersebut malah semakin keras.Ajo heran, kemudian bertanya kenapa bocah tersebut masih menangis.

∴ Yo, kalau ndak ilang pitih nan 100 tadi kan lah 200 pitih den tu mah 

Θ 😮 #ELE

Bocah SD & Alkohol

Cerita bocah tersebut berlanjut. Suatu hari di sekolah gurunya tengah memberi demonstrasi mengenai minuman beralkohol. Untuk menunjukan akibat minuman beralkohol kepada tubuh, guru tersebut memperlihatkan dua buah gelas, yang satu berisi air putih dan satu lagi berisi minuman beralkohol, kemudian masing-masing gelas diisi seekor cacing.

Pada gelas pertama, cacing terlihat biasa saja di gelas berisi air putih. Sedangkan gelas kedua, cacing terlihat menggelinjang-gelinjang. Kemudiang guru tersebut memberikan PR pada anak muridnya untuk menuliskan kesimpulan dari demostrasi tersebut.

Keesokan harinya, si bocah #ELE yang kemarin menangis karena kehilangan uang 100 rupiah ini maju dna membacakan hasil kesimpulannya

Kalau kita minum minuman beralkohol, maka terbebas dari cacingan.

Palasik

Palasik adalah salah satu makhluk astral Minangkabau. Penuntut ilmu hitam ini digambarkan sering berkeliaran di malam hari untuk menghisap darah anak balita. Sosoknyapun digambarkan hanya berupa kepala yang terbang, tanpa badan (mengawang).

Suatu hari, ada 3 palasik yang masih magang. Sang guru kemudian menguji sudah sampai sejauh mana ilmu mereka. Kemudian ketiganya disuruh pergi mencari darah.

Palasik pertama pergi dan 5 menit kemudian ia kembali dengan mulut penuh darah. Ia kemudian melapor pada sang Guru.

Guru lihat kampung di sebelah sana? Semua anak-anak disana darahnya sudah habis saya hisap.

Guru tersebut tersenyum bangga, kemudian menyuruh palasik kedua. Ternyata yang kedua lebih hebat lagi, dalam waktu 2 menit ia sudah kembali dengan mulut dan tangan penuh darah.

∴ Saya lebih hebat guru. Setiap anak-anak di kampung di seberang sana sudah habis darahnya saya hisap.

Guru mereka makin lebar senyumnya, ternyata ia telah berhasil mendidik palasik yang masih baru tersebut. Kemudian disuruhlah palasik ketiga untuk berangkat. Ajaibnya, dalam hitungan detik ia sudah kembali dengan wajah, mulut, tangan dan dada berlumuran darah.

∴ Guru lihat tiang listrik didepan sana?

ΘYa, lalu kenapa?

∴ Berarti cuma saya yang tidak lihat

Θ 😀

Tiket Pesawat ke Padang

Si Buyuang sudah sukse di tanah Jawa. Suatu ketika ayahnya datang untuk berkunjung. Ketika hendak pulang kembali ke Pariaman, anaknya membelikan tiket pesawat Jakarta – Padang.

Pada hari H, si Ayah langsung naik pesawat dan duduk di kursi eksekutif. Melihat hal tersebut, pramugari datang untuk menyocokkan tempat duduk si bapak dengan nomor kursi yang tertera di tiket pesawat.

♥ Maaf pak, kursi yang bapak duduik itu kursi eksekutif. Tiket bapak ini untuk kelas ekonomi

eee lah ka samo je di kau di kapa tabang ko nye.

Si Bapak bersikeras dan tidak mau pindah, sampai pramugari kehabisan kata berulang kai mengingatkan. Kemudian pramugari melapor kepada pilot yang kebetulan juga orang Pariaman.

Θ Oo  pak, apak nak pai kama?

∴ waden nak ka Padang

Θ oh, kursi nan apak duduak-an tu kursi ka Palembang tu. Kursi ka Padang di balakang pak

∴kecek-an lah sajak tadi, kok ndak ndak ka batangka gai wak do

Selain cerita diatas masih banyak sketsa lawakan yang beliau ciptakan. Saat ini jejak beliau diteruskan oleh Ajo Buset (Budi Setiawan) yang juga berdarah Pariaman. Selain warna lagu yang sama, lirik menggelitik dan penuh komedi, di setiap Ajo Buset  juga disertai dengan sketsa lucu.

Comments

comments

Gravatar Image
Gadih minang tulen, meskipun lahir dan besar di Jakarta. Menyukai liburan ke tempat wisata di Sumatera Barat, sambil menikmati kuliner. :D